Minggu, 29 Desember 2013

::KU TEMUKAN NAMAMU DALAM SAJADAH SEPERTIGA MALAMKU::

Cinta dalam diamku,
Haruskah kau tahu jika aku mencintaimu..
KURASA TIDAK,
Kerana cinta itu tak bisa terungkap agar bisa terlihat..

Ianya hanya bisa dirasa dalam hati,
Bukan aku tak berani mengurai..
Tapi aku takut salah dalam menempatkannya,
Kerana apa yang menurutku baik,
Belum tentu baik menurutNya..

Aku ingin yang terbaik untuk Robbku

Sebenarnya..
Acuhku bukan berarti mengabaikanmu..
Diamku bukan berarti tak mengingatmu..
Kerana aku pun insan biasa..

Ada perasaan..
Ada keinginan..
Ada harapan..
Namun aku merasa diri belum pantas untuk itu..
Biar rasa ini tercipta,
Kusimpan disudut hati,
Hanya ALLAH saja yang tahu..

Kuterbangkan sayap angan keangkasa,
Agar nafsu tak menyeretku inginkan cinta..
Akan kucari namamu disepertiga malamku..
Aku harap kaulah yang tertulis di Lauhul Mahfudz untukku..

Jikapun bukan..
Tak mengapa aku percaya takdirNya adalah yang Terbaik untukku.

Aamiiin yaa rabbalallamiiin.

Sabtu, 21 Desember 2013

makalah Kromatografi Kertas



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut bobot molekulnya, mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-warnanya.
Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar, dimana pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang (umumnya bidang datar) yaitu benuk kertas.   Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas sebagai penyerap selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung dalam larutan contoh atau sebagai lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis. Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan berikut akan membahas tentang cara pemisahan dan menentukan pigmen warna dengan metode kromatografi kertas.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada percobaan ini adalah:
1.      Bagaimana cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas?
2.      Bagaimana menentukan pigmen warna dalam tinta dengan metode kromatografi kertas?
C.    Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah:
1.      Mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas.
2.      Menentukan pigmen warna dalam tinta dengan metode kromatografi kertas



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Istilah kromatografi berasal dari kata latin chroma berarti warna dan graphien berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tsweet (1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tsweet dalam percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat, kemudian dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan (Alimin, 2007, hal: 73).
            Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008, hal: 137).
            Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut-solut dari campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu saja noda-nodanya dapat terlihat. Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Kromatografi Kertas, 2010).
            Teknik kromatografi kertas yaitu proses pengeluaran asam mineral dari kertas disebut desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2 – 3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, diletakkan diruang yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Penjenuhan dapat dilakukan 24 jam sebelum analisis. Descending adalah salah satu teknik di mana cairan dibiarkan bergerak menuruni kertas akibat gravitasi. Pada teknik ascending, pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Sedangkan yang ketiga dikenal sebagai cara radial atau kromatografi kertas sirkuler. Kondisi-kondisi berikut harus diperhatikan untuk memperoleh nilai Rf yang reprodusibel. Temperatur harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh lebih dari 0,5oC. Kertas harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam dengan atmosfer pelarutnya, agar mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran pelarutnya pada kertas. Dilakukan beberapa pengerjaan yang parallel, Rfnya tidak boleh berbeda lebih dari 0,02 (Khopkar, 2008, hal: 163).
            Suatu atomiser umumnya digunakan sebagai reagent penyemprot bila batas permukaan pelarut dan zat terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat dilihat. Atomiser yang halus lebih disukai. Gas-gas juga dapat digunakan sebagai penanda bercak, untuk karbohidrat notasi Rg digunakan untuk menggantikan Rf. Setelah penandaan bercak batas permukaan, selanjutnya dapat dilakukan analisis kolorimetri atau spektroskopi reflektansi bila sampel berupa logam. Materi yang terdapat di dalam kertas dapat ditentukan secara langsung dengan pelarutan. Kromatografi kertas selain untuk pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat bermanfaat untuk identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalkan dengan membuat grafik antara Rm α terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog, maka memungkinkan untuk mengidentifikasi suatu anggota deret homolog (Khopkar, 2008, hal: 163).
            Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirnya fase gerak. Berbagai macam kertas yang secara komersial tersedia adalah whatman 1, 2, 31 dan 3 MM, kertas asam asetil, kertas kieselgurh, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat kaca. Zat-zat hidrofobik dapat dipisahkan pada kedua jenis kertas terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silikon dapat digunakan untuk zat-zat hidrofobik, sedangkan untuk reagent yang korosif, kertas serat kaca dapat digunakan. Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing dan pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik descending (Khopkar, 2008, hal: 161 – 162).
           





















BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal        : Kamis/ 21 November 2013
Tempat                  : Laboratorium Kimia Analitik
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
a.    Chamber                                                                              3 buah
b.    Pipet skala 10 mL                                                                 2 buah
c.    Bulp                                                                          2 buah
d.   Gelas piala 400 mL                                                  2 buah
e.    Gelas piala 300 mL                                                   1 buah
f.     Penotol                                                                                3 buah
g.    Penggaris                                                                             2 buah
h.    Pensil                                                                                    2 buah
i.      Botol semprot                                                                       1 buah
2.    Bahan
a.       Aquades (H2O)
b.      Aluminium foil
c.       Etanol : kloroform (1:1)
d.      Etanol : kloroform (1:4)
e.       Etanol : kloroform (4:1)
f.       Tissue
C.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah:
1.      Menyiapkan chamber lalu mengisi dengan larutan fase geraknya (eluen) yaitu campuran etanol : kloroform (1:1) sebanyak 20 mL.
2.      Pada kertas kromatogram dibuat tiga noda tetesan (spot) dari sampel tinta (ungu, merah dan biru) dengan jarak yang sama dalam satu garis lurus sekitar 2 – 3 cm dari batas kertas.
3.      Memasukkan kertas kromatogram ke dalam chamber, lalu menutup chamber tersebut.
4.      Proses pemisahan komponen pigmen warna dari sampel berlangsung sekitar 1 jam, hasil pemisahan diamati serta dicatat
5.      Menghitung besarnya nilai Rf dari masing-masing sampel hasil pemisahan, mencatat juga warna noda pada masing-masing sampel.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
1.      Perbandingan etanol dan kloroform  (1:1)
No
Warna noda
Jarak noda
Jarak pelarut
1.
2
3.
Ungu
Merah
Biru
3,0 cm
2,9 cm
2,8 cm
7,7 cm
7,8 cm
7,7 cm
2.      Perbandingan etanol dan kloroform (1:4)
No
Warna noda
Jarak noda
Jarak pelarut
1.
2
3.
Ungu
Merah
Biru
3,5 cm
3,3 cm
3,4 cm
7,5 cm
7,2 cm
7,4 cm
3.      Perbandingan kloroform dan metanol (4:1)

No
Warna noda
Jarak noda
Jarak pelarut
1.
2
3.
Ungu
Merah
Biru
0,6 cm
0,9 cm
0,6 cm
7,0 cm
7,0 cm
7,0 cm

C.       Pembahasan
            Pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas dan memisahkan pigmen warna pada tinta dengan metode kromatografi kertas. Dalam hal ini tinta warna merah, ungu dan biru yang dijadikan sebagai sampel yang akan dipisahkan oleh pelarut cair yaitu kloroform etanol (C2H5OH):(CHCl3) dengan nilai perbandingan 1:1, 1:4 dan 4:1. Etanol:kloroform dimasukkan ke dalam chamber sebanyak 20 mL yang berfungsi sebagai pelarut nonpolar pada kromatografi kertas. Setelah itu pada kertas saring dibuat garis pada jarak 3 cm dari salah satu sisinya yang berfungsi sebagai pembatas ketika kertas saring dimasukkan ke dalam chamber yang berisi pelarut. Selanjutnya memberikan tiga sekat pada kertas saring dan menotolkan tinta berwarna ungu, merah dan biru ke masing-masing antara sekat yang telah dibuat, dalam hal ini tinta berwarna berfungsi sebagai zat yang akan dipisahkan pigmen warnanya pada setiap tinta. Setelah itu meletakkan kertas saring ke dalam chamber yang telah disediakan dengan sisi plat yang mengandung tetesan-tetesan zat pada bagian bawah dan menjaga agar tetesan-tetesan tidak tercelup ke dalam pelarut, lalu menutup chamber.  Setelah permukaan pelarut berjalan hingga ¾ bagian dari tinggi kertas saring tersebut, lalu mengeluarkan kertas saring dari chamber dan memberi tanda permukaan pelarut serta noda-noda yang terbentuk pada kertas saring dengan menggunakan pensil yang berfungsi untuk mengetahui nilai Rf dari tiap noda yang terbentuk dari hasil pengukuran perbandingan antara panjang noda dan pelarutnya.
            Berdasarkan data yang diperoleh, nilai Rf dari tiap noda yang terbentuk yaitu, untuk tinta ungu dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (1:1) membentuk noda ungu dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,389. Pada tinta merah dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (1:1) membentuk noda merah dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,372. Pada tinta biru dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (1:1) membentuk noda biru dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,364. Pada tinta ungu dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (1:4) membentuk noda ungu dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,466. Pada tinta merah dengan perbandingan etanol : kloroform (1:4) membentuk noda merah dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,458. Pada tinta biru dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (1:4)  membentuk noda biru dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,459. Pada tinta ungu dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (4:1) membentuk noda ungu dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,085. Pada tinta merah dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (4:1) membentuk noda merah dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,128. Pada tinta biru dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (4:1) membentuk noda biru dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,085. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin panjang ukuran noda pada setiap zat maka semakin besar pula nilai Rf yang diperoleh sebab panjang ukuran noda berbanding lurus dengan nilai Rf. Nilai Rf yang berbeda-beda tergantung pada noda-noda yang tampak karena noda-noda yang timbul pada kertas saring memiliki jarak masing-masing yang tidak akan sama dengan jarak noda yang lain dibagi dengan jarak pelarut (eluen) yang digunakan, dalam hal ini nilai pelarut yang baik berdasarkan teori yaitu akan menghasilkan nilai Rf antara 0,5 sampai 0,8. Dapat diketahui dari percobaan bahwa nilai Rf yang baik terdapat pada pelarut (eluen) etanol : kloroform (1:4) karena perbandingan eluen yang terbanyak yaitu kloroform yang memiliki sifat non polar yang mampu mengikat noda yang memiliki sifat non polar sehingga menyebabkan noda akan naik hampir bersamaan dengan eluennya.




BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
         Kesimpulan pada percobaan ini adalah:
1.        Mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas yaitu memasukkan kertas saring yang telah diteteskan noda-noda ke dalam chamber yang berisi eluen, lalu beberapa saat kemudian pelarut dan noda-noda akan naik berdasarkan gaya kapiler dengan memisahkan komponen-komponennya.
2.      Memisahkan pigmen warna dalam suatu cuplikan dengan metode kromatografi kertas dengan perbandingan Rf yang berbeda-beda yaitu pada etanol: kloroform (1:1) memiliki warna ungu, merah, biru dan nilai Rf secara berurutan yaitu 0,389; 0,372; 0,364. Pada etanol: kloroform (1:4) memiliki warna ungu, merah, biru dan nilai Rf secara berurutan yaitu 0,466; 0,458; 0,459. Pada etanol: kloroform (4:1) memiliki warna ungu, merah, biru dan nilai Rf secara berurutan yaitu 0,085; 0,128; 0,085.
B.     Saran
         Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya dapat mengganti pelarut etanol:kloroform dengan pelarut etanol:benzena yang volumenya sama agar dapat membandingkan seberapa cepat pelarut dapat memisahkan komponen-komponen tiap noda yang terbentuk.